Akhirnya, Aku Kembali Merasa Jadi Diriku Sendiri

My Little Cave
3 min readAug 30, 2022

--

Photo by Vincent Camacho on Unsplash

Sepertinya aku akan selalu menjadi pemula dalam urusan mengurus diriku ini, dengan segenap jiwanya, mampunya, lemahnya, tegasnya, bingungnya, sehatnya, sakitnya…seluruhnya. Berproses mengenalinya selalu menjadi petualangan yang terasa baru. Menakutkan kadang, namun seringnya menyenangkan. Menemukan cara-cara baru untuk membantu dan menolong diriku lagi dan lagi, membuatku harus berkali-berkali berkata padanya, “Hai. Salam kenal. Senang bertemu denganmu”.

Terlampau terbiasa hidup dengan intuisi yang kadang sulit diandalkan, aku tidak bisa serampangan membabibuta menghidupi filosofi mendengar suara hati. Tapi tidak apa-apa. Aku belajar bahwa hati bukanlah satu-satunya sumber informasi. Dan pikiranku, keyakinanku, keinginanku, mauku…bukan satu-satunya sumber kebenaran. Tentu saja bukan. Jika itu semua jadi sumber kebenaran, hidupku akan berjalan kaku sekali, sehingga mudah goyah, sehingga mudah patah.

Tulisan ini kuselipkan sebagai bentuk perayaan atas beberapa waktu yang indah buatku. Waktu yang mengizinkanku untuk kembali merasakan jadi diriku sendiri lagi. Aku tahu ini mungkin akan terasa sementara, atau mungkin tidak, aku belum tahu juga. Tapi saat ini aku begitu bersyukur bisa mengambil nafas dengan begitu lega, membuka mata dengan hati yang lapang dan sedikit beban, serta melangkah dengan kemampuan untuk merasakan harapan. Indah sekali ternyata hidup orang-orang selama ini.

Kukira semua orang hidup sama keruhnya dengan pandanganku dahulu. Pantas saja orang-orang ingin melanjutkan hidupnya dengan suka cita. Pantas saja orang-orang bisa mudah bersenang-senang. Pantas saja orang-orang begitu menggebu mengungkapkan cinta dan perasaannya. Apa yang mereka lihat indah sekali. Dan baru kali ini aku juga mampu merasakannya dalam jangka waktu yang cukup lama sejauh ini. Rekor yang rasanya ingin kurayakan setiap hari.

Hatiku sedang berproses memperluas kapasitasnya. Masih banyak ruang-ruang kosong yang lengang belum tahu akan kuisi apa. Aku masih senantiasa memandanginya sambil bertanya-tanya, hal indah apalagi yang bisa kusimpan di sini. Tidak. Aku tidak sedang meromantisasi. Tapi memang rasanya seperti ada ruang yang dulunya terasa sesak dan penuh sekali, kini perlahan-lahan mulai terasa luas lagi.

Aku begitu terbiasa dengan kesesakan hingga keleluasaan terasa asing dan tidak kukenali. Tapi tidak apa-apa. Untuk sementara tidak apa-apa jika aku hanya baru bisa memandanginya saja. Begitupun sudah cukup melegakan. Rasanya seperti terlepas dari ikatan yang lama sekali kukira adalah bagian dariku dan jati diriku, dan definisiku, dan masa depanku, namun ternyata adalah beban yang terlalu lama kugenggam karena kukira rasa aman.

Rasanya aneh sekali menjalani kehidupan yang dulu sulit kubayangkan. Ternyata aku bisa merasakan gegap gempitanya kegembiraan atas hal-hal sederhana. Bukan. Bukan rasa syukur buatan yang dibikin-bikin untuk memaksakan diri untuk bahagia. Apa yang kurasakan terasa nyata sekali bahkan sampai aku tidak perlu berusaha terlalu banyak untuk mampu menyelami rasa senang yang sebenarnya sederhana. Rasa senang yang tidak perlu alasan luar biasa.

Aku jadi bisa melihat bahwa langit ternyata biru sekali, jernih sekali. Ternyata pintu rumahku putih sekali dan ukirannya cantik juga. Ternyata kasurku adalah perabot yang paling menyamankan dan membanggakan di rumahku. Ternyata aku punya kapasitas yang cukup luas untuk punya hewan peliharaan yang senang kupeluk-peluk setiap pagi. Ternyata aku mampu membayangkan diriku di masa depan, dikasihi dan diharapkan.

Aku tidak tahu berapa lama perasaan ini akan bertahan kali ini. Tapi tidak apa-apa. Selagi aku merasakannya, aku akan menikmatinya semampuku. Berterimakasih atas kehadirannya yang begitu berharga.

--

--

My Little Cave
My Little Cave

Written by My Little Cave

The little cave where I embrace big feelings.

No responses yet