Biarkan Dulu, Hatiku Sedang Berteduh di Bawah Matahari
Ketika hidupku sedang tidak seram, aku bisa merasakan matahari berwarna oranye dari balik kelopak mataku yang terpejam. Jika kamu menemuiku mendongak ke langit menyambut sinar matahari, berarti aku sedang sanggup berbicara dari tempat yang hangat. Berarti aku sedang sungguh-sungguh merekam memori menikmati disapa cahaya di jidatku, pipiku, daguku, kelopak mataku.
Biarkan saja aku diam beberapa waktu karena aku sebenarnya sedang mereka-reka kapan lagi bisa sungguhan merasakan kenikmatan seperti itu. Untuk beberapa menit saja, biarkan hatiku yang sedang bisa tenang itu, berteduh di bawah sinar matahari oranye di kelopak mataku.
Ketika aku sedang sanggup untuk berbicara dari tempat yang hangat, aku yakin kamu akan bisa mengamatinya. Mungkin kamu melihatku mulai kembali terdengar lucu, bersenandung sesukaku, membersihkan seisi rumahku. Mungkin kamu mendengarku banyak tertawa, banyak bercanda, dan bergegas merampungkan berbagai tanggung jawabku.
Mungkin aku akan banyak memasak, banyak menikmati kue dan es krim kegemaranku, mungkin aku akan banyak bercengkrama dengan kawan-kawanku. Mungkin kamu akan banyak mendengarku bercerita tentang apa yang kusuka dari pekerjaanku, tentang rencana-rencana masa depanku, tentang tempat-tempat yang ingin kukunjungi suatu hari.
Aku tahu aku tidak akan selalu berada di tempat yang hangat. Dan ketika hatiku mulai tidak lagi berteduh di bawah matahari, kurasa kamupun juga akan dapat mengamati.
Suatu hari mungkin kamu akan mendengarku berfantasi bahwa dunia akan lebih baik jika aku tidak ada saja. Mungkin kamu akan lebih sering menemukanku terisak bahkan untuk hal-hal yang sepertinya terlalu sepele untuk ditangisi. Mungkin kamu akan merasa aku mulai kesulitan menunjukkan rasa cinta, dan kamupun mulai kesulitan memastikan cintamu tersampaikan; seolah hatiku sedang berteduh di bawah tembok raksasa yang gelap, lembab, dan terisolasi.
Pun jika itu terjadi dan kamu menjadi salah satu yang menyaksikannya, kamu hanya perlu mengingatkanku berkali-kali bahwa aku tidak akan selamanya merasa seperti itu. Ajak aku berfantasi tentang liburan yang akan kita nikmati. Ajak aku mengamati tingkah laku kucing-kucing yang kita temui. Ajak aku berdoa bersama agar Tuhan memudahkan bagiku kali ini, sebagaimana Tuhan selalu membantuku untuk kembali pada diriku sendiri.
Ajak aku memanfaatkan berbagai pertolongan yang selama ini telah kukumpulkan. Ajak aku bertemu teman dan keluarga yang menyayangi kita dan yang kita sayangi. Ajak aku membersamaimu menikmati hal yang kamu sukai.
Ajak aku mencoba satu kali lagi, ajak aku bertahan satu hari lagi.
Ajak aku mengingat kembali bahwa aku tidak menginginkan kematian yang dibenci Tuhan — kematian yang membuat orang-orang terkasihku menghabiskan waktu bertanya-tanya apa salahnya, dan apakah aku akan baik-baik saja setelah pergi. Ajak aku mengingat tentang kebaikan dan kesabaran, dan bahwa Tuhan tidak keberatan aku mencoba lagi dan lagi sebesar apapun rasa tak pantasku untuk diampuni.
Ajak aku mengingat bahwa aku selalu punya kapasitas yang luas untuk mencintai dan merasa dicintai. Ajak aku duduk bersama meskipun tidak mengatakan apa-apa, meskipun tidak melakukan apa-apa. Biarkan saja dulu. Mungkin hatiku sedang berteduh di bawah kelambu abu. Biarkan saja dulu, sejauh ini aku selalu bisa kembali.
Biarkan dulu aku bernegosiasi dengan waktu. Tapi aku pastikan aku tidak akan menyerah terlampau mudah. Biarkan dulu. Tidak lama pasti hatiku akan segera kembali berteduh di bawah matahari — yang berwarna oranye dari balik kelopak mataku.