Di Dunia yang Membuatku Merasa Tak Pantas Dicintai, Aku Berterimakasih atas Kelahiranmu
Membesarkan diriku di atas ketangguhan, kekalahan, kekuatan, kekacauan, dunia ini hampir selalu terasa porak poranda. Kedamaian dan ketentraman terasa asing, hampir-hampir aku suka lupa bahwa isi kepala seharusnya tidak seramai ini bagi sebagian besar manusia.
Membesarkan diri di antara dunia yang menyamakan kasih sayang dengan uang dan harta, aku termakan gagasan bahwa aku tidak pernah benar-benar jadi layak dicintai jika belum menjadi kaya, jika aku tidak berharta benda.
Membesarkan diri di antar dunia yang menyanjung-nyanjung piala, aku kurang pandai mendefinisikan masa depanku tanpa pencapaian yang terukur dalam angka. Seolah-olah hidup tanpa penghakiman angka tidak sudah terasa susah.
Membesarkan diri di antara dunia yang selalu memujiku sebagai seorang gadis kecil yang jauh lebih dewasa dari umur sesungguhnya, aku terlena dengan identitas menjadi pelindung bagi siapapun. Berusaha memahami, tapi tidak marah ketika tidak dipahami. Berusaha tidak egois, tapi tidak kecewa ketika diinjak-injak oleh mereka yang mau menang sendiri.
Gadis kecil yang tidak bersedih dengan lantang, yang tidak mengungkapkan rasa frustrasi. Gadis kecil yang tidak boleh lelah mengalah pada yang lebih butuh. Gadis kecil yang lambat laun melupakan bahwa ia juga punya kebutuhannya sendiri.
Gadis yang terpaksa berduka dalam diam, kehilangan dirinya dan apa yang dicintainya, jauh sebelum mereka pergi satu persatu.
Membesarkan diri di dunia yang mendamba-damba kasih Tuhan namun tidak banyak mengajarkan bahwa Tuhan adalah juga Maha Kasihan, aku sering merasa tidak lagi layak bahkan di hadapan penciptaku sendiri. Dibalut, dibebat oleh prasangka bahwa penderitaan demi penderitaan adalah selalu hukuman atas aku yang selalu membuat kesalahan dalam menyenangkan Tuhan.
Membesarkan diri di dunia yang terobsesi dengan kesolehan, aku hampir lupa bahwa iman dapat menjulang tinggi, tapi juga dapat terjatuh dan membuat kelimpungan.
Aku lupa bahwa Tuhan berkata sendiri bahwa Dia selalu datang menghampiri sekalipun aku mendekati-Nya dengan berlari, dengan berjalan, dengan merangkak, pun dengan melata.
Di dunia yang gagasan surga nerakanya sungguh perhitungan ini, aku lupa bahwa Tuhan tidak pernah lupa ataupun alpa dari doa sebisik apapun, termasuk doa-doa dariku yang meminta Tuhan menjagaku dari diriku sendiri.
Di dunia yang membuatku merasa tak pantas dicintai, aku berterimakasih untuk orang-orang yang kutemui di antara perjalanan-perjalananku menemukan aku.
Yang hadir menopangku dari berbagai sisi. Yang singgah dan berbagi sedikit camilan. Yang mendorongku agar berani berjalan maju. Yang melindungiku dari kecerobohan. Yang mengatakan dengan keras ketika merindukan.
Yang menggandengku sambil asyik melompat-lompat menghampiri toko es krim. Yang duduk dan mengatakan “biarkan menangis dulu, jangan kamu tahan”. Yang mengingatkan bahwa aku mungkin sedang kelelahan.
Yang membantuku menimbang resiko dan merencanakan petualangan. Yang mengatakan bahwa aku tidak harus selalu gembira sekalipun di hadapan segunung hal yang kata orang harusnya membuat ceria.
Yang diam-diam mendoakan meski selalu malu untuk menyampaikan rasa sayangnya. Yang memotongkan apel dan mengupaskanku cangkang kepiting. Yang menyisihkan duri dari ikan yang akan kumakan. Yang menyingkirkan cabai-cabai dan sambal-sambal dari hidangan di hadapanku.
Yang menggendong anak kucing yang sedang sakit, dan bergegas memberiku tumpangan ke dokter hewan. Yang membiarkanku bersenandung di mobilnya dan mengulang-ulang lagu yang aku gemari.
Yang mengajakku berandai-andai tentang liburan, piknik, atau perkemahan di masa depan. Yang mengajakku bertamasya ke dunia di mana aku masih dapat merasakan harapan, sekalipun kadang aku hanya bisa memandanginya dari sebuah akuarium kaca buatan kepalaku.
Terima kasih telah lahir dan memilih tetap berada di dunia ini, sekalipun ketika kalian merasa sangat ingin pergi. Terima kasih sudah tidak ketakutan menghadapi isi kepalaku yang kadang terasa mengerikan bahkan bagiku sendiri.
Untuk setiap orang yang telah melalui jalanku, terima kasih telah menyapa dan singgah. Terima kasih telah tinggal sejenak sekalipun sedang tidak tahu apa yang sebaiknya kamu lakukan. Semoga buatmu, Tuhan hadiahkan dunia yang begitu sayang padamu, yang senantiasa membantumu mengingat betapa kamu bahagia menjadi dirimu.
Aku berterimakasih karena di antara miliar triliunan manusia yang Tuhan ciptakan, aku bisa bertemu denganmu. Mungkin tidak pernah ada yang mengatakan ini padamu, tapi sungguh aku berterimakasih atas kelahiranmu.