Jangan Pergi Dulu, Sini Aku Temani
Manusia mana yang tidak kelabakan mendengar kita yang gemar bicara tentang kematian. Manusia mana yang tidak kebingungan mendengar kita yang kadang beranda-andai bagaimana kehidupan jika kita menyerah saja.
Tapi lucunya, aku tidak perlu upaya keras untuk mampu bersyukur di hadapanmu. Karena kamu berbicara dalam ‘bahasaku’, dan aku berbicara dalam ‘bahasamu’. Setidaknya, kehadiranmu menjadi seperti batu pemberat bagiku — balon yang hampir lepas melayang dan akhirnya hilang. Dan semoga akupun juga begitu bagimu.
Aku senang tidak harus menjadi siapa-siapa selain diriku dan pemikiran-pemikiran anehku, dan perasaan-perasaanku yang kebanyakan begitu raksasa di dalam kepalaku.
Aku senang kita dapat mengatakan dengan lantang kekhawatiran-kekhawatiran tanpa memaksakan ketenangan.
Aku tenang kita dapat saling mengungkapkan rasa frustrasi tanpa keinginan untuk menghakimi. Karena aku dan kamu sama-sama tahu sejauh mana dunia bisa jadi kejam sekali. Dan kehidupan kita yang penuh dengan paradoks dan kontradiksi, mengajarkan kita begitu banyak cara pandang yang terlampau realistis dan kadang pesimis.
Kita banyak bertanya-tanya, apakah esok hari mungkin masih ada buat kita. Apakah esok hari perjalanan kita akan terasa berbeda.
Kupikir-pikir lagi, ternyata aku beruntung sekali karena ada kamu selama ini. Karena ada kamu aku ingin hidup berhati-hati menjaga diri. Aku ingin menikmati lebih banyak lagi es puter kelapa muda, bebek goreng, lele goreng, yogurt beku, steak, bobba, tahu kenyol, dan roti korea… bersamamu. Aku akan rindu sekali mengobrol denganmu sambil tertawa-tawa mengomentari betapa ugal-ugalannya pengguna jalan yang kita saksikan.
Aku akan rindu sekali kamu tertawakan berkali-kali karena aku lupa membeli nasi. Dan aku akan rindu sekali melihat kamu yang percaya diri meminjam piring, sendok, dan garpu di restoran fancy, ketika yang kita beli di restoran itu hanya dua bungkus nasi. Maafkan temanmu yang ingatannya seperti Dori ini, ya. Meski begitu kamu tahu, kan, kalau aku sangat menyayangimu?
Bahkan jika nanti aku sudah tua sekali, dan mulai berjuang menjaga ingatan, kamu mungkin akan jadi yang tidak akan aku lupakan. Karena di dunia ini, kamu adalah salah satu manusia favoritku.
Jangan menyerah dulu, ya.
Kamu tidak penasaran nanti kita akan punya keluarga baru yang seperti apa?
Bagaimana kalau ternyata kita akan menyukai masa depan?
Masa depan ketika cita-citamu dan cita-citaku tercapai. Masa depan ketika kita selesai bekerja, dan pulang disambut oleh pelukan hangat orang yang kita kasihi dan hewan peliharaan yang sudah rindu diajak main sepanjang hari?
Kamu tidak penasaran apakah suatu hari kita akhirnya benar-benar bisa merasa baik-baik saja? Bagaimana jika ternyata masa tua kita seru sekali? Menghabiskan waktu bersama hal-hal yang kita benar-benar bisa sayangi. Mungkin aku dengan buku-bukuku, dan kamu dengan agenda-agenda berwisatamu?
Tetap di sini, ya. Kalau kamu pergi, nanti aku benar-benar akan terlihat seperti jomblo sejati. Kawanku tidak sebanyak itu, sahabatku apalagi. Kalau kamu pergi, siapa yang kelak membantuku mengusap air mata di hari pernikahanku, di hari lahirnya anakku, di hari kelulusan SD-nya, di hari ketika dia memperkenalkan pacar pertamanya?
Kamu tidak penasaran secerdas apa keponakanmu nanti? Dan seajaib apa pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukannya? Jika tidak ada kamu, siapa yang akan mendengarkan aku berkali-kali berseru, “lah jambu”, ketika hidup kita sedang aneh luar biasa.
Kita sering bilang akan bertahan untuk satu hari lagi. Bagaimana menurutmu jika kali ini kita mencoba untuk berusaha lagi setidaknya untuk satu musim lagi? Mungkin hingga musim hujan selanjutnya?
Mari aku temani. Akupun masih berusaha mati-matian untuk bertahan. Kamu tidak sendiri. Jika kamu sedang sedih sekali kali ini, tidak apa-apa. Kamu sudah bertahan berkali-kali dengan sangat baik. Kamu hebat sekali masih berjuang sampai sekarang.
Terima kasih, ya, karena sudah tidak pergi ke mana-mana. Selama ada kamu, aku tahu aku akan selalu mencari cara untuk menolongku tetap di sini. Dan kuharap kamu juga mau melakukannya untukku sekuat yang kamu mampu. Untuk persahabatan kita yang tidak pernah kuduga akan selanggeng ini. Hebat juga, ya?
Kamu tahu bagaimana sigapnya telingaku mendengarkanmu ketika kamu sedang butuh sekali. Kecepatanku merespon bolehlah sedikit diadu dengan kecepatan sopir ambulan atau petugas pemadam kebakaran. Hehe.
Tetap di sini, ya. Sini aku temani. Dari aku sahabatmu yang pemakan segala kecuali babi.
Pelukku buatmu.