Kisah Ramadhan, Euforia Keilahian, dan Hamba Musiman

My Little Cave
3 min readJun 14, 2022

--

Cerita ini kutulis sambil menunggu teh di tekoku agak sedikit dingin..

Ramadhan tahun ini berbeda buatku dan mungkin buat sebagian yang berbagi kemiripan pengalaman. Lebaran konon katanya adalah simbol kemenangan atas perjuangan iman dan ketaqwaan. Tuhan membantu kita dengan memanifestasikannya berupa ritual-ritual yang kasat mata, dan kita manusia biasa, bisa kerjakan malam demi malam.

Photo by Faseeh Fawaz on Unsplash

Banyak yang kemudian berbondong dalam euforia kesucian. Berlomba-lomba sehebat-hebatnya untuk mengambil hati Yang Maha Kuasa. Banyak yang kemudia berkejar-kejaran menjadi yang paling khusyuk di hadapan surga dan hari kemudian.

Tapi diam-diam ada sebagian orang-orang yang kisahnya tidak terlalu banyak diceritakan. Sedikit banyak kisahnya hanya disenandungkan dalam keheningan, dan tak jarang disimpan sendiri-sendiri.

Bagi orang-orang seperti mereka, di ramadhan kali ini pencapaiannya bukanlah khatam Al-Quran atau iktikaf sepanjang malam. Ramadhan ini adalah pertama kalinya ia merengkuh kehadiran Tuhan. Ramadhan ini adalah pertama kalinya ia menuntaskan sholat lima waktu. Ramadhan ini adalah pertama kalinya ia merelakan kewajiban puasanya untuk anak yang tengah dikandung atau disusuinya.

Ramadhan kali ini adalah pertama kalinya ia bersimpuh melafalkan doa mohon pengampunan. Ramadhan ini adalah pertama kalinya ia membuka satu ayat suci setelah mungkin terakhir kali membacanya saat kelulusan taman pendidikan qur’an.

Photo by Gabriel on Unsplash

Buat sebagian lagi, ramadhan kali ini dilalui sambil shift malam. Berharap Tuhan tidak keberatan dzikirnya tidak dirapalkan sambil bersujud panjang. Ramadhan yang benar-benar jauh dari gegap gempita selebrasi keilahian. Tapi mungkin Tuhan justru memandang mereka dengan tatapan penuh sayang, seperti bagaimana bapak-ibu menyambut anak cucu yang sudah lama tak pulang.

Malahan mungkin, hamba-hamba yang katanya musiman justru yang Tuhan berkahi dengan relasi penuh kedekatan dengan pencipta-Nya.

Mungkin bagi mereka memang bulan Ramadhan ini adalah pertama kalinya ketuhanan terwujudkan dalam tindak-tanduknya, setelah di sebelas bulan lainnya, agama dijalani hanya dalam nurani atau sekadar sebagai identitas yang dibawa-bawa pergi.

Buat sebagian di antara kita, Ramadhan ini adalah cobaan keikhlasan, adalah pengingat kedukaan, atau ujian ketangguhan.

Photo by Nick Fewings on Unsplash

Ramadhan adalah perayaan kemenangan bagi semua ihsan beriman. Termasuk bagi mereka yang masih kesulitan menyeka air mata, meski telah berdekade-dekade melepaskan kepergian. Termasuk yang masih terus bertahan dan berpegangan pada asa bahwa Tuhan senantiasa membersamainya, sekalipun ketika menyerah terlihat seperti pilihan yang paling menjanjikan.

Semoga kita tidak termasuk di antara yang bertuhan keangkuhan namun bertopeng ketaqwaan. Semoga kita selalu ingat bahwa menghakimi perjalanan spiritual sesama hamba Tuhan adalah bentuk kesombongan. Terlebih kita sendiri tidak pernah tahu berapa juta ton pahala kita yang luruh hilang berhamburan. Itupun jika ada sebegitu banyaknya. Bagaimana jika tidak?

Kiranya Allah menerima amalku dan amalmu, serta amal-amal hamba-hamba lainnya yang ceritanya jarang sekali dikisahkan.

Ramadhan 1443 H

--

--

My Little Cave
My Little Cave

Written by My Little Cave

The little cave where I embrace big feelings.

No responses yet